Senin, 24 November 2014

Perkembangbiakan Ikan Nila



Cara Pemijahan

       Ikan Nila (Tilapia nilatica) merupakan ikan sungai atau danau yang sangat cocok dipelihara di perairan tenang seperti kolam. Toleransi terhadap kadar garam sangat tinggi sehingga sering juga dijumpai di perairan payau seperti tambak. Secara alami ikan nila memakan plankton dan tumbuhan air yang lunak bahkan cacing.
       Ikan nila di alam siap memijah bila sudah berumur 4 bulan dengan panjang sekitar 9,5 cm, pembiakan bisa sepanjang tahun tanpa musim. Induk betina bisa menghasilkan 250 sampai 1.000 butir telur dan akan menetas dalam 3-5 hari di dalam mulut induk betina (tergolong ikan Mouth Breeder).
Ikan nila termasuk jenis ikan yang mudah memijah, untuk pemijahan suhu air adalah 26-30 °C dan ketinggian air 40-60 cm. selain itu diusahakan dasar kolam agak berpasir supaya memudahkan induk jantan dalam pembuatan lubang sarang pemijahan.



      Kemudian pemijahan dimulai dengan induk jantan yang membuat lubang cekung didasar kolam dengan diameter antara 3-6 cm, kemudian induk betina memijahkan telurnnyya dilubang tersebut untuk dibuahi oleh induk jantan. Setelah dibuahi telur tersebut akan disimpan didalam mulutnya untuk dierami, dan telur akan menetas sesudah 3-5 hari di dalam mulut. Setelah menetas larva diasuh oleh induknya selama 2 minggu, ketika larva telah menjadi anak ikan dilepas keluar mulut ke bagian kolam yang dangkal. Tetapi induk nila menjaga anaknya tidak hanya berhenti disitu saja, sang induk masih menemani dan menjaga anak-anaknya yang sedang mencari makan supaya terhindar dari serangan predator atau induk jantan nila. (Sungguh hebat naluri sang ibu… xixixi…)

Pemijahan ikan nila dapat dilakukan dengan tiga cara, yaitu:

   - Pemijahan dengan system satu kolam
   - Pemijahan dengan system dua kolam
   - Pemijahan dengan system platform

      System dua kolam ini lebih baik karena kita tidak usah memindahkan anak ikan ke kolam pendederan karena kolam sudah menyatu  dan disusun secara seri tinggal di beri pembatas. Ditinjau dari kebiasaan berkembang biak, ikan nila bukan tergolong ikan musiman karena mampu berkembangbiak sepanjang tahun. Frekuensi pemijahan lebih banyak terjadi pada musim hujan dengan selang waktu 6 – 8 minggu. Namun dengan pemberian pakan yang cukup, selang waktu pemijahan bisa lebih pendek yaitu 4 minggu.
     Proses pemijahan hanya dimulai dengan pembuatan sarang oleh induk jantan dan pembuahan telur. Sarang berupa lekukan di dasar kolam dengan diameter 1,5 – 2 kali panjang tubuhnya. Dengan kedalaman 5 -10 cm. Setelah pembuatan sarang dilanjutkan proses pemijahan yang berlangsung 50 – 80 detik dan dikeluarkan sebanyak 20 – 30 telur. Peristiwa ini berlangsung berkali kali selama 20 – 60 menit dengan pasangan yang sama. Seekor induk nila betina dengan berat 600 gram menghasilkan 2000 – 3000 telur dan dapat menetas 800 – 1600 butir. Telur berdiameter 2,5 – 2,8 mm, berwarna kuning dan tenggelam tapi tidak menempel.

      Ikan nila tergolong mouth breeder, yaitu mengerami telur dalam mulutnya. Peneraman ini dilakukan oleh induk nila betina sejak dibuahi sampai menetas yaitu selama 6 – 8 hari. Larva ukuran 4 – 6 mm akan diasuh oleh induk nila betina di pinggir kolam. Bila ada bahaya induk nila betina akan menyedot anaknya dan menyimpan dalam mulut. Larva berukuran 8 – 12 mm dan memiliki sifat menggerombol. Dalam perkembangannya ikan nila bersifat poligami, yaitu satu induk ikan nila jantan dapat mengawini beberapa induk ikan nila betina. Induk ikan nila jantan yang sudah pernah memijah dapat mencari pasanyanya yang lain. Tanda induk nila jantan sudah siap memijah adalah tubuhnya tampak bercahata dan bersifat agresif.
Pemilihan Induk
      Pemeliharaan induk nila sebaiknya dilakukan secara monokultur, yaitu pemeliharaan iduk jantan dan induk betina dilakukan secara terpisah. Hal bertujuan untuk mempermudah dalam seleksi induk untuk keperluan pemijahan.

Ciri induk jantan dan betina adalah:

  - Dagu nila jantan berwarna kemerahan atau kehitaman
  - dagu nila betina berwarna putih
  - Sirip dada nila jantan berwarna coklat kemerahan
  - Sirip dada nila betina berwarna kehitaman
  - Perut nila jantan berbentuk pipih dengan warna kehitaman
  - Betina perutnya menggembung dan berwarna putih
  - Alat kelamin nila jantan berbentuk meruncingbetina
  - Berbentuk seperti bulan sabit

- Ciri induk yang baik memiliki organ tubuh yang lengkap tanpa ada cacat sedikit pun. Induk-induk yang dipilih berukuran 100 gram ke atas. Dalam pemilihan induk jantan dan betina ini diperlukan kecermatan sebaik mungkin.
- Ciri induk betina: Memiliki tiga lubang urogenital yaitu, lubang anus, lubang genital papilla sebagai keluarnya telur, lubang ketiga lubang urin.
- Ciri induk jantan: Memiliki dua lubang urogenital, lubang pertama anus dan lubang kedua sebagai keluarnya urin dan sperma, lubang kedua berbentuk agak menonjol dan meruncing.
Induk jantan ikan nila bisa dikatakan matang jika sudah berumur 4-5 bulan dengan berat 120-180 gram, dengan ciri fisik seluruh tubuhnya berwarna hitam kecuali warna putih pada bagian dagu dan merah cerah pada ujung sirip punggung.
- Sedangkan induk betina memiliki ciri fisik berwarna keabu-abuan, dan pada individu  yang lebih besar, biasanya muncul sedikit warna merah pada ujung sirip ekor. Dan induk betina yang matang pada bagian perutnya membesar (tempat telur), agak lembek, dan lubang saluran telur merah dan membengkak.

Penyiapan induk Ikan Nila

     Keberhasilan usaha budidaya ikan nila subsistem pembenihan sangat dipengaruhi oleh keadaan dan kualitas induk ikan nila. Oleh sebab itu induk ikan nila yang digunakan harus diperoleh dari instansi perikanan atau pihak lain yang ditunjuk sebagai penyedia induk. Hal ini harus dilakukan agar keaslian dan kemurnian genetik dapat dipertahankan.
       Ikan nila mulai dipijahkan setelah berumur 5 – 6 bulan. Selang waktu pemijahan berkisar 3 – 6 minggu. Masa produktif ikan nila sebagai induk antara 1,5 – 2 tahun. Bila sudah berumur dua tahun induk ikan nila harus segera diganti, karena sudah tidak produktif lagi, dan kualitas benih akan menurun.
    Sebelum dipijahkan induk ikan nila jantan dan betina harus dipisahkan. Tujuannya adalah untuk mendapatkan telur dengan kualitas yang baik, memudahkan penyeleksian induk yang sudah dan belum memijah serta menghindarkan terjadinya pemijahan liar. Pakan tambahan diberikan sebanyak 3 % dari bobot total.

 Kolam Pemijahan dan Kolam Pendederan

       Perbandingan luas kolam antara kolam pemijahan dengan kolam pendederan  yaitu 1 : 2 atau 1 : 4, dasar kolam pertama yang di pergunakan untuk pendederan harus lebih rendah atau dalam (50-60 cm) dibanding kolam ke dua yang dipergunakan untuk pemijahan. Perbandingan antara induk jantan dan induk betina, yaitu 1 ; 2 , 1 : 3 atau 1 : 4.

Untuk pembatas kedua kolam tersebut kita bisa menggunakan anyaman bambu carang atau saringan kasar, supaya induk ikan jantan tidak bisa memangsa anak ikan.

Sebelumnya kolam pendederan perlu dikeringkan kemudian diberi pupuk kandang atau pupuk hijau sebanyak 50-700 gram/m², pupuk kandang yang bisa digunakan seperti kotoran ayam, kotoran sapi, kotoran kerbau dan lain-lain.

Untuk pupuk hijau baik yaitu daun kipahit atau mary gold, daun turi, daun kihujan, lamtoro atau petai cina dan lain-lain. Sebelum ditaburkan ke kolam pupuk hijau dihaluskan terlebih dahulu.

Pembenihan

Benih merupakan faktor terpenting untuk mencapai keberhasilan budidaya ikan nila. Oleh sebab itu benih ikan nila harus tersedia dalam jumlah cukup serta berkualitas tinggi. Pembenihan nila dapat dilakukan menggunakan teknologi sederhana sampai intensif.

Pembenihan sistem intensif

Kolam pemijahan dibuat bentuk persegi panjang. Dasar kolam terdiri tiga bagian, yaitu pelataran, kemalir, dan kobakan. Kobakan untuk memisahkan benih dengan induk ikan nila. Kobakan dibuat dua buah, satu untuk penampungan induk yang terletak di dekat pintu pengeluaran, dan satu untuk penampungan benih yang dibuat di depan kobakan penampungan induk. Kobakan penampungan induk dibuat dengan kedalaman 4 cm, panjang dan lebar dissuaikan dengan jumlah induk yang dipelihara. Sementara kobakan untuk penampungan benih ikan nila dibuat dengan kedalaman 15 cm.

Pemupukan kolam pemijahan

    Pemupukan dilakukan dengan dosis 300 – 400 gr/m2 menggunakan pupul kandang yang telah difermentasi. Tujuan pemupukan adalah menyediakan pakan alami larva ikan nila yang sudah menetas, sehingga diperoleh benih yang berkualiitas baik. Kolam pemijahan diairi hingga mencapai ketinggian air 30 – 40 cm. Penebaran induk dilakukan dengan perbandingan 1 ekor jantan dan 3 ekor betina dengan kepadatan 1 ekor/m2. Pakan tambahan harus mengandung protein minimal 25% dan diberikan sebanya 3% bobot induk setiap hari.

    Panen dilakukan saat benih masih kecil, yaitu berukuran 8-12 mm atau benih berukuran 2-3 cm. Pemanenan dilakukan dengan cara menyurutkan air perlahan hingga mencapai ketinggian tertentu. Biasanya induk akan masuk kemalir lalu tertampung di kolam kobakan. Sementara larva akan mencari aliran baru dan naik melalui kemalir lalu tertampung dalam kobakan penampungan benih. Benih ini diambil dengan hati-hati menggunakan jaring halus dan ditampung dalam hapa yang sudah disiapkan. Seleksi benih dilakukan dengan menggunakan ayakan yang diberi lubang sesuai ukuran yang dikehendaki. Benih berukuran lebih kecil akan keluar melalui lobang tersebut.

    Larva belum bisa langsung dipelihara dalam kolam pendederan, terlebih dahulu harus dipelihara dalam kolam pemeliharaan benih selama 3 – 4 minggu hingga benih nila mencapai uluran 3 – 5 cm. Kolam pemeliharaan benih harus disiapkan 5-7 hari sebelum panen larva. Pemupukan kolam pemeliharaan benih perlu dilakukan dengan dosis 300-400 gr/m2. Penebaran dilakukan pada hari yang sama saat panel larva dengan padat penebaran 150 – 250 ekor/m2. Pemberian pakan tambahan penggunakan tepung pelet dengan kandungan protein minimal 25 %.

    Untuk 100.000 ekor larva pemberian pakan per hari pada minggi I sebanyak 1 kg, minggu II sebanyak 1,5-2,5 kg, minggu III sebanyak 3-4 kg, minggu IV sebanyak 4,5-5,5 kg. Debit air yang masuk ke dalam kolam sebanyak 1-2 liter/detik.


 Pendederan

      Pendederan dilakukan selama 6-8 minggu hingga benih mencapai ukuran 8-10 cm atau 15-20 gram. Agar pemeliharaan berhasil dengan baik, ada beberapa faktor yang harus diperhatikan antara lain tempat pemeliharaan, ukuran benih, padat penebaran dan lama pemeliharaan. Tempat pemeliharaan sebaiknya dilakukan di persawahan dan harus dipersiapkan sebaik-baiknya, meliputi penggaruan, pemupukan, perbaikan pematang dll. Ukuran harus seragam, hal ini dikaksudkan untuk menghindari persaingan perebutan makanan.

Padat penebaran harus disesuaikan dengan ukuran saat panen. Jangan sampai kolam terlalu padat saat benih mulai tumbuh berukuran besar. Lama pemeliharaan tergantung pada permintaan ukuran benih saat panen. Penebaran dilakukan saat suhu masih rendah.

Penebaran benih berukuran 3-5 cm dengan padat penebaran 2-50 ekor/m2. Pemberian pakan tambahan perlu dilakukan dengan menggunakan tepung pellet berkadar protein minimal 25%. Dosis pemberiannya 3-5% dari berat total perhari. Pengontrolan harus dilakukan terutama untuk mengantisipasi kebocoran kolam. Benih ikan nila sangat suka mengikuti aliran air, sehingga apabila terjadi kebocoran, bisa dipastikan banyak benih yang hilang.

Pembesaran

        Pada dasarnya pembesaran di kolam sama dengan budidaya ikan nila pendederan. Perbedaannya pada ukuran benih, padat penebaran dan masa pemeliharaannya. Penebaran dilakukan dengan  benih berukuran 8-10 cm atau 15-20 gr dengan padat penebaran 10-15 ekor/m2.

    Pakan tambahan mutlak diberikan setiap hari menggunakan pellet dengan ukuran disesuaikan pertumbukan ikan nila. Pakan tambahan diberikan sebanyak 3-4% dari total berat dengan kandungan protein minimal 25%. Masa pemeliharaan disesuaikan dengan permintaan pasar untuk ukuran ikan konsumsi. Masa pemeliharaan budidaya ikan nila pembesaran bisa mencapai 4-6 bulan. Bila kondisi selama budidaya baik, tingkat keberhasilan budidaya ikan nila pembesaran bisa mencapai 85%.


https://elbudiyanto.wordpress.com/2013/09/19/ii-perkembangbiakan-ikan-nila/

Tidak ada komentar:

Posting Komentar